Parlin Panjaitan
Laporan: Toni Antra Pardosi
Media Nasional Obor Keadilan| Jakarta ( 6/11-2024) Penyanyi Batak selalu memiliki daya tarik yang luar biasa. Dari era 1970-an hingga 1990-an, mereka tidak hanya mendominasi panggung-panggung hotel berbintang di Jakarta, tetapi juga berkeliling ke berbagai negara, menyebarkan kekayaan budaya Batak. Salah satu nama besar yang tak terlupakan dari era tersebut adalah Parlin Panjaitan, yang dikenal dengan suaranya yang khas dan mampu mencapai nada tinggi, mengingatkan kita pada vokalis legendaris Eddy Silitonga. Parlin tak hanya berkarier di dunia rekaman dan panggung, tapi juga berkontribusi dalam menciptakan seratusan lagu, merambah berbagai genre musik, termasuk pop Batak, pop Indonesia, Melayu, dan lagu-lagu rohani.
Pertemuan
Sejak kecil, saya mengenal Parlin sebagai sosok yang menginspirasi. Kami tumbuh di kampung yang sama di Laguboti, sebuah kota di sekitar Danau Toba. Saya dan teman-teman seusia sangat mengidolakan dirinya. Di masa remajanya, ia bahkan menjuarai ajang folk song se-Tapanuli Utara dan menjadi vokalis di Toba Star, grup vokal yang terkenal di kampung kami. Tak disangka, kami bertemu kembali di Jakarta pada akhir 1990-an di Sinarco Record, studio rekaman pop Batak yang terkenal. Saat itu, ia sudah menjadi pimpinan produksi dan aktif sebagai penyanyi rekaman. Pertemuan tersebut mempererat hubungan kami, hingga ia memanggil saya "adek" dan saya memanggilnya "abang", layaknya saudara.
Merintis Karier dan Debut
Parlin Panjaitan lahir di Laguboti pada 19 November 1957 sebagai anak ketiga dari pasangan Tiopan Panjaitan dan Saulina boru Silalahi. Sejak kecil, ia menunjukkan bakat menyanyinya yang semakin berkembang selama di SMP dan STM Balige. Setelah menjuarai ajang folk song se-Tapanuli Utara, ia mulai bergabung dengan Bennys Grup di Medan, yang kemudian membawanya untuk menciptakan lagu pertama, "Hangalan", yang menjadi bagian dari album debutnya.
Hijrah ke Jakarta dan Debut Internasional
Pada 1979, Parlin memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan sempat menumpang di kediaman grup legendaris Panbers. Di Jakarta, ia bertemu dengan Ronal Tobing dan mulai tampil di hotel-hotel besar. Kesempatan ini membuka jalan baginya untuk tur ke berbagai negara, seperti Arab Saudi, Singapura, Malaysia, hingga tampil di panggung internasional di Abu Dhabi. Parlin kemudian bergabung dengan grup VG Omega, yang mengikat kontrak selama lima tahun dan meraih prestasi di Festival Vokal Grup Piala AE Manihuruk pada 1993.
Guru Privat dan Masuk Dapur Rekaman
Karir Parlin semakin bersinar saat ia masuk dunia rekaman. Sebelum terjun ke industri musik, ia sempat mengajar piano secara privat, yang kemudian mempertemukannya dengan Bonar Hutajulu, yang mengajaknya mendirikan Sinarco Record pada 1996. Album debutnya, "Ahabe Nahusolsoli", disusul dengan karya-karya lainnya yang menjadi hits, seperti "Masihol" yang dirilis oleh beberapa penyanyi ternama. Parlin juga berkolaborasi dengan berbagai artis Batak lainnya, mengembangkan karya musik yang kaya dengan nuansa Batak.
Epilog
Kini, Parlin Panjaitan telah meninggalkan kita selamanya pada 5 November 2024, setelah berjuang melawan penyakit akut. Ia meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia musik Batak dan Indonesia. Sang legenda ini meninggalkan istri tercinta, enam anak, dan seorang cucu. Parlin yang ramah dan penuh semangat kini disemayamkan di Rumah Duka Tabitha Ukrida Jakarta dan rencananya akan dikebumikan pada 8 November 2024. Selamat jalan, Abang. Kami akan selalu merindukanmu dan mengenang karya serta kebaikanmu. Sampai bertemu di keabadian sana. (Toni A, Pardosi)