Media Nasional Obor Keadilan| Jakarta, 22 November 2024 – Pdt. Faber Manurung, calon pimpinan pusat HKBP di Departemen Marturia, tampil sebagai sosok yang tidak hanya memperjuangkan pengembangan Marturia Musik HKBP, tetapi juga aktif dalam upaya perlindungan lingkungan hidup dan penegakan hukum. Dalam dua peran besar ini, ia terus memberikan kontribusi positif dalam kehidupan gereja dan masyarakat.
Pengembangan Marturia Musik di HKBP
Pdt. Faber Manurung, calon pimpinan pusat HKBP di Departemen Marturia, menyoroti perkembangan positif dalam program Marturia Musik HKBP yang harus segera dikembangkan di seluruh cabang gereja. Hal ini disampaikan dalam pertemuan dengan jemaat HKBP Parulian Sampit, Kalimantan Tengah, yang berhasil mencetak prestasi luar biasa dalam waktu singkat.
Tiga jemaat HKBP Parulian Sampit, yaitu St. J. Nainggolan, Bp. Kristin Hutapea, dan Alamanda br. Siahaan, yang baru sekitar sebulan belajar saxophone, telah berhasil memainkan lagu Nunga Jumpang Muse karya Ari Pesta (BE. 57). Mereka tidak hanya belajar dengan cepat, tetapi juga tampil dengan memukau dalam setiap ibadah Minggu dan partangiangan.
BERIKUT VIDEONYA;
Lebih lanjut, Pdt. Faber menekankan bahwa Marturia Musik HKBP memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan gereja dan harus segera mendapatkan perhatian yang lebih besar. “Sebagai bagian dari misi gereja, Marturia Musik harus diperluas di seluruh HKBP agar bisa memberikan dampak yang lebih besar, baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan jemaat,” tambahnya.
Pdt. Faber Manurung yang kini menjabat sebagai calon pimpinan pusat HKBP di Departemen Marturia berharap agar gereja besar seperti HKBP dapat segera memiliki struktur yang kuat dalam pengembangan Marturia Musik, guna memperkaya hidup rohani jemaat dan memperkokoh pelayanan gereja di masa depan.
Perjuangan Pdt. Faber dalam Lingkungan Hidup dan Penegakan Hukum
Selain fokus pada pengembangan Marturia Musik, Pdt. Faber juga dikenal sebagai aktivis yang tak henti-hentinya memperjuangkan perlindungan lingkungan hidup. Ia secara tegas mengkritik PT Toba Pulp Lestari (PT TPL) atas kerusakan yang ditimbulkan terhadap tatanan hukum dan ekosistem lingkungan. “Kerusakan lingkungan ini merusak alam dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat sekitar yang bergantung pada kelestarian alam,” ujar Pdt. Faber.
Pdt. Faber juga menyoroti pentingnya transparansi, khususnya terkait pelaksanaan perhelatan Sinode Godang pada bulan Desember 2024. Ia menekankan agar proses ini dilaksanakan dengan integritas tinggi, tanpa ada praktik suap yang sering merusak tatanan keadilan. “Proses pemilihan harus berjalan dengan adil, bersih, dan sesuai dengan prinsip moral yang diajarkan Tuhan yang dipedomani gereja,” tegasnya.
Sebagai pendeta dan calon pemimpin gereja, Pdt. Faber berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak-hak masyarakat, melawan ketidakadilan, serta menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ia berharap, melalui perjuangan ini, gereja dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan bermartabat, serta memberikan teladan bagi masyarakat luas.(Red)
Penulis: Obor Panjaitan
Editor: Yuni Shara