Penulis: Sari Bulan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Medan
MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Jum'at, (7/08-2020) - Dalam Islam bulan Ramadhan dipercayai sebagai bulan yang paling dimuliakan di antara bulan-bulan yang lainnya. Dalam bulan ramadhan seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa sebulan penuh. Selain sebagai kewajiban, berpuasa di bulan ramadhan merupakan amalan yang sangat banyak keutamaannya. Dengan keutamaan-keutamaan yang dimilikinya, bulan Ramadhan menjadi bulan yang sangat ditunggu dan disambut kedatangannya. Ada banyak bentuk “penyambutan” bulan Ramadhan sebagai “tamu agung” oleh umat Islam. Salah satu bentuk penyambutan tersebut bahkan sudah menjadi tradisi setiap tahunnya, seperti tradisi Mandi Balimau di masyarakat Pasir Pengaraian. Tadisi ini sendiri merupakan bentuk rasa syukur dan perayaan datangnya bulan ramadhan.
Pada penghujung tahun 2019, dunia dikejutkan dengan kasus infeksi pada saluran napas yang telah teridentifikasi penyebabnya yaitu infeksi baru ( novel ) Coronavirus Diseases (Covid-19). Kasus tersebut berasal dari Wuhan Provinsi Hubei, China. Selama deret pandemi Covid-19 pemerintah mencanangkan sederet upaya guna memutus rantai penularan ) Coronavirus Diseases (Covid-19) seperti kebijakan lockdown atau karantina guna mengurangi interaksi banyak orang yang dapat memberi akses pada penyebaran Covid-19. Dengan adanya wabah penyakit menular ini maka Pemerintahan Pasir Pengaraian tidak mengadakan Tradisi Mandi Balimau Kasai tersebut di karenakan Covid-19 merupakan penyakit yang sangat berbahaya.
Tradisi mandi balimau kasai adalah upacara / ritual yang dilakukan masyarakat Pasir Pengaraian saat menyambut bulan suci ramadhan. Tradisi Mandi balimau kasai sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat Pasir Pengaraian kabupaten Rokan Hulu. Masyarakat Pasir Pengaraian berbondong-bondong pergi ke suatu wisata atau ke sungai untuk menyambut bulan suci ramadhan. Mandi balimau kasai yaitu dengan menggunakan air yang dicampur jeruk oleh masyarakat setempat yang biasanya disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah wangi-wangian yang dipakai saat berkeramas. Bagi masyarakat melayu Rokan Hulu, pengharum rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala sebelum memasuki bulan puasa. Kegiatan- kegiatan ini dalam ritual biasanya sudah di atur dan ditentukan dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
Keistimewaan balimau kasai merupakan acara adat yang mengandung nilai sakral yang khas. Upacara ini dijumpai pada tata cara agama dan pada semua agama seperti dalam bentuk tata cara ibadah, perjamuan, penyucian, doa, tarian, nyanyian, ziarah dan sebagainya baik ibadah pribadi maupun bersama orang lain. Balimau kasai adalah sebuah upacara yang istimewa bagi masyarakat Rokan Hulu untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa. Selain itu tradisi ini merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. Masyarakat Rokan Hulu yang mengikuti acara ini biasanya berbondong-bondong pergi ke Sungai Batang Lubuh untuk melaksanakan ritual mandi bersama. Ritual mandi balimau kasai ini juga di ikuti oleh Bupati, datuk adat, pemerintah desa maupun kecematan lainnya. Acara balimau kasai ini juga di selingi dengan berbagai acara lainnya seperti pelepasan 1000 ekor bebek di Sungai Batang Lubuh yang nantinya akan di tangkap oleh masayarakat yang ikut balimau, kemudian acara lomba panjat pinang, serta permainan rakyat lainnya. Pada acara balimau kasai ini juga di hibur dengan musik band. Setiap masayarakat memiliki perspektif/paradigma yang berbeda tentang Tradisi mandi balimau kasai. jadi ada sebagian masyarakat yang mengikuti tradisi ini dan ada juga yang tidak mengikutinya.
Balimau kasai merupakan tradisi yang istimewa bagi masyarakat Rokan Hulu dalam menyambut bulan suci ramadhan. Acara dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa. Di samping sebagai lupan gembira,upacara ini merupakan simbol pembersihan diri. Menurut Ervina dan Nazran, Tradisi Mandi balimau kasai merupakan sebuah Tradsi atau ritual nenek moyang yang bernilai agama kemudian secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat setempat pada setiap tahunnya dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan dengan cara membersihkan diri. Acara tradisi mandi balimau kasai ini di selenggarakan oleh lembaga adat atau pemerintah sekitar. Masyarakat Pasir Pengaraian sekitar melakukan tradisi mandi balimau bisa dilakukan dirumah masing-masing atau mereka berbondong-bondong pergi ke sungai Batang Lubuh atau Sungai Ngarai untuk meriahkan acara tradisi mandi balimau kasai tersebut. Dengan adanya tradisi mandi balimau kasai masyarakat dapat mempererat tali silaturahmi.
Tradisi mandi balimau kasai ini tidak hanya di ikuti oleh suku melayu saja namun dari berbagai suku lainnya seperti jawa, aceh, batak dan lain lain juga mengikuti meramaikan. Tardisi ini dapat di ikuti baik dari kalangan yang muda maupun sampai yang tua. Tentu tradisi mandi balimau kasai ini membawa nilai-nilai positif bagi masyarakat. Adapun nilai-nilai positif dari tardisi mandi balimau kasai ini adalah terdapat nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai budaya. Adapun nilai-nilai ekonomi pada saat berlangsungnya acara tradisi mandi balimau kasai ini pendapatan masyarakat meningkat baik itu di pasaran maupun di tempat berlangsungnya tradisi mandi balimau kasai tersebut. Dalam nilai sosialnya, dengan adanya tradisi ini masyarakat bisa berjumpa atau berkumpul dengan sanak saudara bahkan bisa bertemu dengan teman-teman lama. Kemudian dalam nilai budayanya, masyarakat dapat melestarikan kebudayaan dan mempertahankan tradisi mandi balimau kasai tersebut. Menurut Ustad Yulihesman ( Informan Kunci ), nilai – nilai yang terdapat dari tradisi mandi balimau kasai ini yaitu pentingnya kebersihan, pentingnya kesucian, kasih sayang dan hidup saling menghormati.
Menurut Ervina ( Subjek Penelitian), manfaat yang dirasakan setelah mandi balimau kasai yaitu ada rasa senang dalam artian dapat berkumpul, senang menyambut bulan suci ramadhan dan menjalin silaturahmi, rasa sedih seperti mengingat keluarga yang sudah meninggal dan berziarah sebelum menyambut bulan puasa dan rasa haru. Informan yang saya wawancara, mereka mengikuti tradisi ini asalkan masih dalam hal yang wajar yang tidak bertentangan dengan agama. Pada awalnya sebelum ada sampo masyarakat menggunakan wewangian yang di gunakan saat tradisi mandi ballimau kasai berlangsung. Bahan-bahan yang digunakan di dapat dari alam seperti bunga rampai,air, daun pandan dan Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah wangi- wangian yang dipakai saat berkeramas. Bagi masyarakat Rokan Hulu, pengharum rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa. Sebenarnya upacara bersih diri atau mandi menjelang masuk bulan Ramadan tidak hanya dimiliki masyarakat Rokan Hulu saja. Pemerintah, lembaga adat dan pemimpin-pemimpin daerah bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk melestarikan tradisi mandi balimau kasai.
Saat berlangsungnya acara tradisi mandi balimau kasai ini, tentunya orang-orang penting seperti Bupati, Camat, tentara dan polisi datang untuk mengikuti tradisi ini. Saat berlangsungnya tradisi ini dimulai dengan acara ceremonial, beberapa orang sebagai simbol dalam mandi balimau kasai ini dan penutup nya masyarakat dapat menyaksikan musik-musik band dan mandi-mandi menggunakan benen. Tempat yang digunakan memiliki syarat seperti sungai nya luas dikarenakan akan beribu-ribu orang yang akan ikut mandi serta tidak boleh sembarang tempat atau tidak dapat digunakan seperti pantai. Menurut Ervina dan Nazran, saat berlangsungnya acara tradisi mandi balimau kasai masyarakat melakukan Ziarah ke Pemakaman keluarga dan dapat melaksanakan ritual mandi dirumah dan disungai dengan memuji nama allah atau bershalawat serta menggunakan bahan-bahan seperti jeruk purut, jeruk nipis, jeruk kapas, bunga rampai,air dan daun pandan yang di beli masyarakat di pasar modren Pasir Pengaraian.
IDENTITAS PENULIS
Nama: Sari Bulan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS
Peserta KKN-DR Kelompok 36
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara