MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Kamis, (13/08-2020) - Covid-19 adalah coronavirus yang bermodifikasi dan pertamakali muncul di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Pandemic ini menggemparkan dunia dengan penyebarannya yang cepat di berbagai negara. Banyak negara terjangkit virus ini dan korban akibat Covid pun sangatlah banyak.Di Indonesia, pandemic ini muncul pertama kali pada awal bulan Februari 2020 dengan adanya tiga pasien positif yang sempat beinteraksi dengan orang jepang.
Kemunculannya di Indonesia awalnya ditanggapi biasa saja oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan masih berlakunya sekolah secara langsung, orang-orang yang berkumpul di pusat pembelanjaan dan lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu beberapa aspek penting pun ikut rusak dan tidak seimbang. Banyak warga yang terpaksa berhenti bekerja dan mencari cara lain untuk memperoleh penghasilan.
Selain segi ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial ternyata juga ada hal penting yang menarik untuk dibahas yaitu sosial dalam agama. Kita telah sadar penuh bahwa kegiatan sosial memang benar-benar dibatasi, tidak hanya itu kegiatan keagamaan pun turut terkena dampak ini. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini diberlakukan sebagai salah satu upaya menghentikan laju penyebaran virus. Tidak hanya beorientasi pada perkumpulan massa atau kehidupan sosial, PSBB juga ikut berada dalam lingkup sosial agama.
Seperti yang kita tahu, Indonesia ialah negara yang mengakui enam agama yaitu; islam, kristen protestan, katolik, hindu, budha, dan konghuchu. Ke enam agama tersebut memiliki aktivitas keagamaan yang pastinya melibatkan massa. Sebagai contoh, penduduk yang beragama islam melaksanakan shalat berjamaah di masjid, merayakan maulid, dan padatnya aktivitas pasar yang sering terjadi di bulan ramadhan. Kegiatan tersebut pastinya mengundang banyak sekali masyarakat untuk berkumpul.
Kegiatan keagamaan yang membawa banyak massa atau perkumpulan awalnya tidak menjai sebuah masalah. Adanya pandemic ini membuat hal tersebut menjadi sebuah masalah dan harus dihindari. Setiap warga dengan agamanya masing-masing wajib melaksanakan ibadah di rumah sendiri, dimana hal ini sangat bertolak belakang dengan kebiasaan melaksanakan ibadah secara berjamaah di tempat-tempat ibadah.
Hal di atas menimbulkan banyak sekali pro kontra. Pemerintah pun mencari berbagai solusi agar urusan keagamaan tidak mengalami Kendala di masa pandemic. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pembatasan jumlah masyarakat di suatu tempat ibadah. Walaupun begitu, hal ini juga menjadi sebuah pro dan kontra yang tak bisa dihindari.
Tidak semua solusi yang ditawarkan oleh pemerintah dapat diterima begitu saja, apalagi menyangkut urusan agama yang tidak bisa dengan sembarangan mengambil keputusan.
Di tengah kesibukan dalam menangani urusan yang bersifat internal (agama), banyak sekali orang tidak sempat memperhatikan orang lain. Semua sibuk dengan berbagaimacam aktivitas dalam upaya menyelamatkan diri dari pandemic. Banyak masyarakat Indonesia berbondong-bondong mencari pekerjaan atau membangun usaha sebagai cara bertahan hidup. Namun, semua yang bersifat pribadi ini tidak semuanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Terdapat beberapa kelompok orang yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri sendiri, namun juga menjunjung tinggi sifat gotong royong dan toleransi. Toleransi yang dimaksud bukan hanya toleransi dalam urusan ekonomi namun yang paling berpengaruh adalah toleransi antar agama.
Toleransi antar agama memang menjadi aspek yang juga diperhatikan selama pandemic. Belakangan ini toleransi antar umat agama menarik perhatian banyak orang. Sebelumnya penting bagi kita mengetahui apa itu toleransi.
Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan pendirinya sendiri. Misalnya agama, Ideologi, Ras (Poerwadarminta, 1976:829).
Indonesia memang sudah akrab dengan kata toleransi, bahkan sebelum masa pandemic ini muncul. Toleransi antar umat beragama di Indonesia juga menjadi alasan keberagaman dan persatuan Indonesia.Toleransi antar agama juga dijunjung tinggi dalam negara ini, demi menghilangkan adanya pertengkaran atau konflik lainnya. Rasa toleransi antar agama menjadi ikon yang paling penting yang mana adanya toleransi antar agama menggambarkan adanya rasa menghargai sesame manusia sebangsa dan setanah air.
Adanya Covid-19 memang membuat banyak pihak menjadi lebih sensitif terhadap suatu hal. Hal ini terlihat dari banyaknya isu-isu sensitif yang muncul seperti kenaikan harga barang yang justru menjadi masalah besar. Dari masalah ini banyak sekali orang kehilangan pekerjaan dan bahkan menjadi criminal demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari isu-isu tersebut, toleransi antar umat beragama juga ikut menjadi sorotan. Hal ini juga menjadi abu-abu, artinya beberapa wilayah juga mengalami konflik dalam urusan agama. Namun hal yang menarik adalah rasa toleransi antar umat beragama di beberapa tempat di Indonesia seakan tidak berkurang sedikitpun.
Walaupun konflik sosial agama masih ada di Indonesia, namun tidak adanya konflik agama di beberapa wilayah harus diacungi jempol. Padahal dalam keadaan seperti ini orang pasti dipenuhi dengan rasa egois dan pilih kasih. Ada yang membantu hanya untuk orang yang beragama sama dengannya, ada yang mendahulukan pelayanan public kepada suatu agama, atau menyebarkan isu sensitive tentang agama.
Walaupun kasus ini masih ada, namun ada orang-orang baik yang justru membuktikan bahwa saling menyemangati dan toleransi antar agama tidak merugikan kita selama pandemic ini . Namun, adanya hal tersebut sangat membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada tuhan.
Salah satu contoh toleransi di tengah pandemic adalah adanya interaksi positif antar masyarakat walaupun berbeda agama. Bahkan terlihat dari banyaknya interaksi berupa bantuan sosial atau bantuan untuk kegiatan agama yang mana donaturnya adalah orang yang berbeda agama. Selain itu dilihat juga dari dunia medis, banyak sekali orang yang tidak pilih kasih untuk mengobati pasien covid-19 apapun latar belakang suku, etnis, dan agama.
Interaksi tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwa toleransi antar agama membuat segala permasalahan yang dialami akibat covid-19 menjadi tidak melebar kemana-mana. Toleransi antar agama sangat penting dilakukan tanpa mengenal mayoritas atau minoritas. Maksudnya jika suatu daerah terdiri banyak agama, yang mayoritas tidak memiliki hak untuk menindas minoritas, tetai harus saling bahu membahu dalam hal-hal yang diperbolehkan dalam agama (juga melihat batasan yang telah ditetapkan).
Walaupun dengan keterbatasan yang dialami Indonesia saat ini, penting bagi kita untuk saling bahu membahu dalam menurunkan kasus positif dan menghentikan pandemic ini. Hal ini dapat dibangun dengan benar-benar fokus, atau tidak membuat masalah-masalah baru. Selain itu, menghindari adanya perpecahan antar agama akibat adanya berita-berita hoax yang dikeluarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab juga sangat penting. Hal ini perlu dilakukan agar tidak adanya konflik lain yang muncul.
Sehingga jelas bahwa walaupun pandemic ini terjadi dan menyerang berbagai aspek, namun persatuan Indonesia masih dapat dibangun salah satunya dengan adanya toleransi antar umat beragama. Walaupun dibeberapa daerah di Indonesia masih ada konflik agama di tengah pandemic, namun hal itu bisa diselesaikan dengan cara member pemahaman kepada masyarakat bahwa toleransi antar agama tidak merugikan, tetapi malah membuat suasana menjadi membaik.(***)
IDENTITAS PENULIS
Nama: Kori Insani
Prodi: Sosiologi Agama
Fakultas: Ilmu Sosial
Instansi: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
DPL: Indahyana Febriani Tanjung, M.Pd.
Kelompok KKN-DR 77 UINSU 2020