John Kei (Foto: Kantor Staf Kepresidenan).
Cilacap |Media Nasional oborkeadilan | Badan penuh tato, tampilannya kurang pas.
lengan kekar berotot. Jemari kanannya memegang canting. Dia sedang membatik. Tangan kirinya menahan agak mengambang pada kain putih untuk menyerap tinta yang baru diusapkan.
Begitulah penampilan John Kei. Sebagaimana diceritakan Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Kepresidenan Ratnaningsih Dasahastadalam rilis yang diterima BeritaManado.com, Senin (12/11/2018).
John Kei, pria yang dulu dikenal garang dan menakutkan itu ditemui Ratnaningsih Dasahasta pekan pertama November lalu di Lapas Nusa Kambangan, Cilacap.
Senyum hangat mengembang saat Ratnaningsih menyapanya. Menurut Ratnaningsih, dalam perbicangan tak lebih dari 30 menit, John Kei telah berubah sejak menjalani hukuman lima tahun terakhir.
Sebelumnya, John Kei dikenal sebagai pria yang tak ragu menggunakan kekerasan di kawasan ibukota Jakarta.
Kebebasan dan kekuasaannya runtuh setelah pengadilan menjatuhkan vonis 16 tahun penjara atas kasus pembunuhan Bos Sanex Steel Indonesia, Tan Harry Tanoto pertengahan 2013 lalu.
Putusan pengadilan itu sekaligus membawa John Refra Kei harus diungsikan dari Lapas Salemba Jakarta ke pulau penjara Nusakambangan.
Penjara Super Maximum Security
Di tempat baru itu, John Kei menempati penjara super maximum, sebuah blok khusus bagi narapidana yang dianggap beresiko tinggi, selama tiga bulan.
Di Nusakambangan napi mendapatkan perlakukan berbeda. Satu napi ditempatkan dalam satu ruangan yang dilengkapi kamera pengintai sepanjang waktu. Semua aktifitasnya terpantau dan terekam.
Ransum makan dikirimkan ke kamar masing-masing. Napi tidak dapat berbicara dengan napi lainnya, kunjungan keluarga dibatasi bahkan napi hanya berhak keluar sel maksimal sejam dalam satu hari.
Setelah tiga bulan, Joh Kei dipindahkan ke Lapas Permisan yang berkategori medium risk atau resiko menengah. Masih bagian dari Nusakambangan.
Pria kelahiran Pulai Kei di Maluku itu berkesempatan berinteraksi dengan manusia. Dia juga mulai diajari untuk memiliki keterampilan.
“Dan ternyata, Joh Kei memilih untuk belajar membantik. Keren,” kata Ratnaningsih.
John Kei habiskan waktu dengan membaca dan beribadah
Di sela hari-hari membatiknya, John Kei juga menghabiskan waktunya untuk membaca dan beribadah.
“Saya dulu tidak pernah ada waktu untuk ibadah. Tapi Nusa Kembangan membawa Tuhan hadir dalam diri saya,” kata John Kei.
Kehadiran Sang pencipa itu dirasakannya bersamaan dengan saat dia nyaris mengambil keputusan mengakhiri hidupnya.
Tapi kemudian dia berupaya berbicara kepada Tuhan.
“Kalau saya mati, saya mau masuk surga. Bukan masuk neraka karena bunuh diri,” kata John Kei.
Dia meminta bantuan untuk dapat bertahan di masa penghukuman. Dia menyesal dengan masa lalu. Dia memohon maaf. Dia ingin menghapus pengalaman hidupnya dulu.
Kesadaran John Kei muncul saat menempati penjara super-maximum. Dia menempati sel yang hanya selebar dua meter dan panjang lima meter. Semua aktifitasnya dari tidur, mandi, membaca buku, marah, menangis bahkan dia hanya bisa berbicara dengan tembok. Dia sendiri.
“Tidak ada yang mampu bertahan di Lapas Super Maximum, sehebat apapun dia,” kata John Kei.
Kurungan khusus ini memang memiliki empat tingkatan pengamanan. Dari Super Maximum Security (Pengamanan Sangat Tinggi, Maximum Security (Pengamanan Tinggi), Medium Security (Pengamanan Sedang) dan Minimum Security (Pengamanan Rendah). Setiap level akan ada konsekuensi bentuk pengamanan, pembinaan dan penilaiannya.
Model ini baru ada di Indonesia sejak Agustus tahun lalu. Saat Lapas yang mempunyai sel khusus baru aa di lima lokasi. LP Kelas I Batu Nusakambanga, LP Kelas IIA Pasir Putih Nusakambangam, LP Narkotika Kelas III Langkat Sumatera Utara, LP Narkotika Kelas III Kasongan Yogyakarta, Rumah Tahanan Negara Kelas II B Gunung Sindur Jawa Barat.
Konsep ini dibuat untuk memotivasi narapidana menjadi baik. Selain itu guna mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang di lapas atapun di rumah tahanan. Mereka yang ditempatkan di kurungan spesial ini kebanyakan dengan latar belakang pembunuhan, teroris dan narkoba.
John Kei jadi pengkotbah
John Kei merupakan salah satu hasil pembinaan di penjara super maksimum ini. Meski baru menyelesaikan kurang dari sepertiga masa tahanannya, kini John Kei subah banyak berubah.
John Kei menjadi pengkotbah.
Pengalamannya memberikan pencerahan bagi narapidana lain.
“Saya ngin menjadi manusia baru ketika saya keluar dari penjara. Saya menyerahkan hidup saya pada Tuhan,” kata John Kei menutup pembicaraan.
Menurut Ratnaningsih, meskipun hanya sebentar bertemu John Kei namun mmebuat dirinya merasa lega.
“Kantor Staf Presiden tempatku bekerja memang memberikan perhatian terhadap program Revitalisasi Pemasyarakatan, terutama untuk mengatasi over kapasitas lapas dan pembinaan napi. John Kei salah satu contoh betapa program sel khusus yang sudah berjalan setahun ini memberikan hasil yang menggembirakan,” kata Ratnaningsih.(yni)
John Kei dan Ratnaningsih Dasahasta, Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Kepresidenan.(***/rds)
Sumber : BeritaManado.com
Editor Berita Yuni shara
Penanggung Jawab Berita Obor Panjaitan