Sabtu, 12 April 2025 | 05:24:21

Waspada Investasi

                  Gambar: Ketua Umum GK Centre


Kata Pengantar Diskusi Publik  
Waspada Investasi oleh
Ketua Umum GK Center
7 Oktober 2017, Hotel Ciputra
Jakarta.

Indonesia telah membuat kemajuan yang berarti sejak mencapai kemerdekaannya dan  kini berada dalam kelompok negara berpendapatan menengah dengan pendapatan perkapita Indonesia pada 2016 sebesar  Rp 47,96 juta per tahun atau mendekati Rp4 juta per bulan di tahun 2016 dan berada di urutan ke-16 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

HDI (Human Development index)  di Indonesia terlihat kian membaik,  HDI meningkat dari 0,540 pada tahun 2000 menjadi 0,689 pada tahun 2015 artinya terjadi peningkatan yang konsisten dan signifikan dimana  saat ini Indonesia berada di ranking    113 dari 188 Negara . HDI adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Dari sisi iklim kesempatan usaha juga membaik , menurut laporan “Doing Business “ oleh  IFC Indonesia berada pada ranking  128  di thn 2013 dan menjadi ranking 91 di tahun 2016. Artinya upaya pemerintah untuk mengurangi berbagai hambatan di dalam dunia usaha  menampakan hasil yang menggembirakan.

Dan yang paling mutakhir adalah  laporan  yang dikeluarkan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) tahun 2017  bahwa Indonesia berada pada tingkat teratas bersama 6 negara lain yakni  : Indonesia, Swiss,India, Luxemburg , Norwegia serta  Kanada. Perlu kiranya kita memberi apresiasi kerja keras serta  capaian oleh Pemerintahan Jokowi-JK tersebut yang  merupakan modal serta momentum yang sangat berharga  yang harus segera ditangkap dengan baik untuk menggairahkan investasi.

Dibalik  kemajuan-kemajuan tersebut terdapat juga  tantangan yang harus di selesaikan bersama  yakni masih terdapat  27,7 juta penduduk   berada di bawah garis kemiskinan. Ketimpangan pendapatan dengan ukuran Koefisian Gini semakin membesar yakni 0,41 pada tahun 2016  dibanding sebesar 0,35 di tahun 2007 atau naik 17%  . Apalagi secara kualitatif pertumbuhan ekonomi Indonesia bertumpu  pada ekstraksi sumber daya alam yang jika tidak dikelola dengan baik berpotensi menurunkan kualitas lingkungan hidup .


Dapat dikatakan prioritas Pemerintah  terkini adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan untuk mengurangi jurang kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pendapatan tetapi dalam waktu yang sama juga berupaya melindungi sumber daya alam yang menjadi modal pembangunan jangka panjang.

Strategi mempersempit kesenjangan yang semakin dalam  adalah dengan membuka akses sumberdaya agar masyarakat  mendapatkan iklim berusaha yang lebih baik  serta akses pada  produk produk  investasi untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi . Sarana investasi yang inklusif membuat segala lapisan masyarakat  dapat berinvestasi secara aman dan “returnable” sehingga masyarakat luas akan semakin terbuka pada akses  sarana pendapatan yang memadai dan pada akhirnya akan terjadi pemerataan pendapatan di berbagai lapisan.

Saat ini  produk produk  investasi banyak ragam serta variasinya dan dengan kemajuan teknologi informasi  semakin mempercepat akselerasi produk produk tersebut di masyarakat. Namun sayangnya percepatan ini tidak disertai dengan daya dukung literasi investasi yang memadai di masyarakat serta kurang ketatnya monitoring dan response  di tingkat regulator , hal ini terlihat dari beberapa kasus yang terjadi belakangan ini yang menimbulkan kerugian pada masyarakat   dan selalu yang paling menderita adalah masyarakat berpenghasilan rendah, berhutang untuk berinvestasi dengan iming iming tingkat pengembalian (Return) yang tidak rasional dan pada akhirnya jika investasi tersebut gagal bayar  mereka akan  masuk kedalam jurang kemiskinan .

Galang Kemajuan (GK)  sebagai  akselerator  capaian  tujuan Nawacita merasa terpanggil untuk mengangkat thema ini agar para pemangku kepentingan serta masyarakat  mendapatkan gambaran yang utuh , berinteraksi  secara langsung serta memberikan masukan apa dan bagaimana  sebaiknya  yang dilakukan oleh regulator, actors serta perangkat pendukungnya  seperti LPS, akademisi  untuk menjadikan  ekosistem keuangan dan investasi di Indonesia dapat berjalan lebih baik untuk   mendorong  gairah  masyarakat di dalam berinvestasi.

GK Center   menyoroti beberapa poin yang harus diperhatikan terkait pencegahan investasi palsu  yaitu:  1.Peningkatan program literasi keuangan dan investasi pada seluruh lapisan masyarakat 2. Perlunya Platform informasi yang dapat secara cepat dan tanggap dapat digunakan oleh masyarakat tentang   seputar investasi 3. Perlunya kerangka Peraturan   yang lebih responsive agar dapat secara cepat dan tepat diambil tindakan  sebelum menjadi masalah dengan  skala Nasional.

GK Center terus berkomitmen untuk mengakselerasi capaian Nawacita, mensosialisasikan capaian capaian kemajuannya  serta mengawal kebijakan pemerintah  dengan pendekatan edukasi ,pemberian informasi yang akuntabel serta memberi masukan yang kritis agar Indonesia mampu menjadi salah satu negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia secara inklusif dan berkelanjutan.
Apresiasi dan terimakasih saya sampaikan kpd yth Para pembina,  juga Kpd yth para pembicara : Ketua OJK Bpk Wimboh Santosa, Ibu Destri Prof Rhenal Kasali, Bp. Benny Pasaribu, Bp. Harijanto, Pak Ahmad Fajar, Pak Arta Djangkar, Ibu Fransiska
Sestri dan seluruh pengurus GK Center.

Ketua Umum GK Centre.

Berita Terkait

Komentar