|

TERBUJUK JANJI MANIS, ICHA YANG LUGU TERKURUNG DILINGKUNGAN KUMUH

Foto : icha dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya.

BEKASI | Media Nasional Obor Keadilan | Rabu (20/10/2017). Di usia muda, sebut saja Icha terpaksa harus menjalani kehidupan rumah tangga, yang sebenarnya dia belum siap menghadapinya. Dua kali dilamar oleh Wira (red, inisial), pemuda usia 19 tahun yang mengaku dari petugas kebersihan.

Dengan segala bujuk rayunya Wira ditambah lagi tekanan dari pihak keluarga Wira, akhirnya Icha menerima lamaran yang ketiga, dengan harapan hidupnya akan bahagia seperti yang dijanjikan oleh Wira kepadanya.

Tak disangka kehidupan Icha berubah drastis setelah tinggal bersama suaminya. Bukan hidup bahagia yang didapatkannya, tapi hidup dalam tekanan yang ia jalani selama kurang lebih 4 bulan ini.

Bagaimana tidak, Icha hidup dilingkungan kumuh, dengan keterbatasan tempat tinggal dan juga kebutuhan hidup. Diapun dilarang untuk berkunjung ke rumah orangtuanya, meski hanya sekali waktu, begitu juga jika orangtuanya berkunjung ke rumahnya apalagi dengan membawakan sesuatu (makanan, misalnya). Dia selalu kena marah karena dianggap bikin malu suami.

Dalam kehidupan rumah tangga Icha juga selalu ada campur tangan orangtua Wira yang tinggal mereka bersebelahan. Dengan kondisi hidup yang serba kekurangan ini, bahkan untuk kebutuhan masak lauk pauk/sayuran yang paling sering adalah hasil boleh mungut disampah (sisa-sisa orang jualan dipasar yang dibuang karena rusak/busuk atau dimakan ulat). Si Icha yang malang harus jalani itu semua meski hati berontak. Dia hanya bisa menangis meratapi nasibnya dikala semua orang pergi bekerja. Tapi didepan semua orang dia berusaha tegar tersenyum. Dia merasa pasrah dengan kehidupannya yang sekarang, meski dalam penderitaan bathin.

Dia merasa agak terhibur saat sahabat kakaknya, yang termasuk seorang anggota awak media datang ke pondoknya. bercerita lepas tentang kondisinya. "Sebenarnya aku ingin berontak dari keadaan ini mbak, tapi takut. Aku nggak tahan dengan keadaan ini, tapi aku musti bagaimana," ucapnya sambil terisak menahan tangis.

"Kalo aku maksain ijin pulang ke ibu sekali waktu, suami selalu marah-marah, bantingin barang dan mengancam akan bunuh diri", lanjutnya sambil mengusap airmatanya yang terlanjur menetes.

Pada dasarnya kewajiban sebagai seorang istri sudah dilaksanakan Icha untuk mengabdi terhadap suami, namun haknya sebagai perempuan dan sebagai anak dari sebuah keluarga telah terampas. Dilarang berkomunikasi dengan keluarganya sendiri. Pihak keluarga berharap akan dapatkan solusi yang terbaik untuk Icha. merasa tak tega dan ingin cari solusi terbaik untuk Icha. (put)

Komentar

Berita Terkini