Gambar: Ilustrasi Perantau
Penulis: Muhammad Deni Royhan Azifa
( M D R A )
-Aktivis HmI
-Sekbid Leadership dan Kepemimpinan HMJ AS UINSU Medan
-Fungsionaris Permata
-Fungsionaris Fokis UIN SU
Imam Syafi'i Rahimahullah memiliki pesan yang indah untuk perantau:
Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).
Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Merantaulah....
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.
Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akam kena sasaran.
Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Nasehat-nasehat bercampur motivasi yang indah nan menawan itu disampaikan oleh Imam Besar Asy-Syafi'i untuk melebur keegoisan dan kesombongan manusia agar mau bersungguh-sungguh bekerja keras dan menyadari bahwa hidup ini sementara dan manusia diwajibkan untuk mencari seluas-luasnya karunia Allah serta limpahan ilmu-ilmu Nya untuk bekal menuju akhirat.
Dalam tulisan saya ini, saya menuliskan sekelumit kisah yang mudah-mudahan dapat menghantarkan kita kedalam hikmah butir-butir iman, ilmu serta amal..
-Ada seorang pengembara yang tiba di sebuah negeri. Ia mendengar ada seorang bijaksana di negeri itu, dan ingin menemuinya. Pria bijaksana ini dikenal ke'arifannya, kesalehannya, dan baik hati sehingga sangat dikasihi banyak orang.
Lalu seketika pengembara itu pun bergegas ingin menemui pria itu.
Tidak sulit menemukan pria bijaksana tersebut. Ketika pengembara itu bertanya di mana rumahnya, setiap orang yang ditemuinya langsung menunjuk ke arah ujung perkampungan di mana berdiri sebuah gubuk reyot.
Ketika pengembara itu mengetuk gubuk reyot itu, muncullah seorang pria tua yang mempersilakannya masuk. Pengembara itu sangat terkejut ketika mendapati bahwa pria bijaksana itu tinggal di gubuk reyot yang di dalamnya hanya berisi sebuah meja, sebuah kursi, satu buah kompor, dan alat memasak seadanya.
Karena merasa tidak nyaman, pengembara itu bertanya, "Di mana perabot rumah Anda?"
Orang tua yang bijaksana itu balik bertanya dengan lembut, "Mana milik Anda?"
"Tentu saja di rumah saya. 'Kan saya sedang merantau, tidak mungkin saya membawa perabotan saya," jawab pengembara itu.
"Saya juga," jawab orang tua yang bijak itu. "Saya 'kan sedang merantau di dunia ini."
Sadarkah kita bahwa kita sebenarnya perantau di dunia ini? Tujuan Rumah kita sebenarnya adalah Akhirat. Namun, banyak orang saat ini melupakan bahwa mereka adalah perantau sehingga mereka hanya sibuk mengumpulkan harta di dunia ini. Padahal pada akhirnya semua harta dunia itu tidak akan kita bawa ketika kita kembali ke rumah Tuhan di surga.
Hidup harus ada keseimbangan. Mari mengusahakan diri kita mencari harta di dua alam, yaitu alam rohani dan alam jasmani.
Yakinkanlah dengan iman, usahakanlah dengan ilmu, dan sampaikanlah tujuan hidup kita dengan amal shalih.
Bahwa sesungguhnya kita didunia ini hanyalah perantau, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW: "Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” (HR. Bukhari)
“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq )
Kesimpulannya: "Demi Masa, Sesungguhnya kita adalah orang-orang merugi, kecuali orang-orang yang beramal sholeh. Saling nasehat-menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran.
Semoga tulisan ini memberikan dampak positif untuk pembaca.
Muhammad Deni Royhan Azifa
( MDRA )