Penulis :
Muhammad Najib
Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum UINSU
Aktivis HMI
Perkenalkan namaku Indah. Namaku diberi oleh kakek ku yang telah lama meninggal, aku tak mengerti diberi nama Indah, padahal wajahku tak indah, hidungku apalagi, bola mataku pun tak juga, sampai pergelangan kaki ku pun tidak, sampai aku pun bertanya-tanya apa yang indah dari diriku.
Sejak Kecil ku bertanya-tanya akan hal itu pada diri sendiri, pada orang tuaku pada orang-orang sekitar, namun tak juga kutemukan jawabannya.
Orang tuaku pun akhirnya meninggal secara bersamaan ketika kami tengah berlibur ke pendakian gunung, keduanya ditemukan tewas disebabkan tergelincir dari tanah dipendakian.
Aku bersyukur karena aku selamat, namun nasib buruk ini harus ku jalani hidup diusia anak-anak sebagai seorang yatim piatu.
Sejak kejadian kepergian orang tuaku, ku merasakan kesendirian yang amat mendalam. Diasuh oleh nenek yang sudah tua renta membuatku tak dapat berkeluh kesah berlebihan selayaknya anak seusiaku yang diperlakukan ibarat boneka kesayangan. Aku harus banting tulang untuk menghidupi diriku dan nenek ku yang sudah tua renta itu. Disudut-sudut dunia kadang ku pernah mengadu kepada Tuhan, kenapa Tuhan sejahat ini padaku, padahal aku tak pernah jahat padanya. Sampai aku menyatakan diri untuk tidak pernah percaya lagi pada Tuhan. Kegundahanku terus menerus aku rasakan sampai pada akhirnya aku dititik terburuk, aku terkena HIV/AIDS.
Keterpurukan yang sedang aku alami ini diperparah lagi karena kepergian nenekku. Aku sangat kacau dan putus asa, aku pun sempat ingin membunuh diriku, namun seketika aku sadar bahwa itu tidak dapat menyelesaikan masalah. Aku Indah adalah seorang Pelacur, sampai aku bermohon kepada Tuhan untuk mengizinkan aku menjadi pelacur karena sempitnya ruang pekerjaan untuk gadis yang tak berpendidikan seperti diriku ini. Walau wajahku tak seindah namaku, namun tubuhku sangatlah Indah bak gitar spanyol kata lelaki yang memandangku. Seketika aku sadar bahwa ini maksud dari namaku.
Pekerjaan yang kulakoni ini hampir 7 tahun telah ku jalani, sesekali hampir tidak bisa kutinggalkan pekerjaan ini, bukan karena kekurangan uang. Namun karena kebutuhan biologisku yang inginku penuhi.
Ditahun ke 7 itulah aku pernah beribadah disepertiga malam untuk pertama kalinya dihidupku, sembari memohon kepada Tuhan tuk mengizinkanku tetap melacur berulang-ulang ku meminta akan hal itu sampai tanpaku sadar aku tertidur dan terbangun diwaktu subuh. Al, hasil aku sakit, aku dirawat karena mengidap penyakit HIV/AIDS.
Aku Indah, akupun menyesal kenapa aku memohon hal sekeji itu pada Tuhan. Namun, aku memang benar-benar sadar bahwa aku harus berubah. Akan tetapi diriku takut bahwa Tuhan tak menerima Taubatku, aku takut Tuhan telah mencoretku sebagai Hambanya, aku khawatir bahwa Tuhan telah menyiapkan Nerakanya untukku.
Aku Indah, si gadis tegar dan penuh kepercayaan diri dengan bergegas kulafazkan kalimat syahadat untuk memastikan bahwa ku bersungguh-sungguh kembali kepada Tuhanku. Sampai memang ku benar-benar yakin bahwa ku akan meninggalkan pekerjaan pelacur yang hina itu.
Penyakitku perlahan-lahan mulai sembuh, aku yakin ini karena bantuan dari Tuhan. Tuhan lah yang meringankan bebanku, Tuhanlah yang telah menyelamatkanku, Tuhanlah yang memberikanku kesempatan untuk bertaubat dan Tuhanlah yang menemaniku dimasa-masa sulitku ini.
Akhirnya aku pun sembuh, Tuhan sangat baik padaku gumamku. Aku sangat bersemangat dalam menjalani kehidupanku yang baru sebagai hamba Tuhan yang Maha dasyat. Tuhan tak pernah lupa denganku, aku saja yang lupa dengan-Nya. Kasih sayang-Nya dan Dzat-Nya tak tertandingi oleh sesuatu apapun.
Sampai pada akhirnya Tuhan memberikan ku pekerjaan yakni penjaga butik disalah satu butik di Medan. Selama dua tahun sudah kujalani pekerjaanku ini. Sampai suatu ketika cobaan itu hadir, aku di pecat dari butik itu karena suami dari owner butik itu adalah pelangganku semasa ku pelacur. Betapa sedih hati ini, hampir sesaatku mengeluh kepada Tuhan, tapi untungnya tidak berkepanjangan.
Lagi, aku hidup sebatang kara sepi sendiri tanpa ada siapa-siapa dan harta benda yang ada hanya lah tempat tinggal nenekku dahulu. Sampai suatu ketika akupun berfikir untuk menjual rumah nenekku ini untuk modal usaha, aku dahulu semasa kecil sangat pandai melukis sampai saat ini sebenarnya masih bisa kalau ku asah terus, pada akhirnya aku berkeinginan menjadi pelukis. Akhirnya akupun menjual rumah nenekku, setelahnya aku membuka toko lukisan dengan beragam lukisan. Singkat cerita, usaha ku ini telah berkembang pesat dengan waktu 3 tahun. Akhirnya akupun menikah di Usia yang relatif tua untuk seorang wanita yakni 32 Tahun, menikah dengan lelaki yang 10 tahun lebih muda denganku, Tio namanya. Dirinya mengaku tertarik padaku sesaat dia tengah melihat pameran lukisanku, dan kami pun menikah setelah 2 bulan berkenalan dengan hati yang telah dipenuhi oleh rasa cinta dan keinginan yang besar untuk menikah. Tio bekerja sebagai PNS disalah satu lembaga Negara. Aku kagum padanya karena akhlaknya baik dan yang paling penting ilmu agamanya yang baik yang menurutku dia bisa membimbingku kejalan Tuhanku.
Tuhan, terimakasih telah membawaku sampai saat yang terindah ini, aku akhirnya sadar inilah makna namaku, ternyata Indahnya namaku se Indah takdir yang Kau berikan kepadaku Tuhan. Terimakasih telah mengizinkanku tuk bertaubat.
Namun disepertiga malamku, aku selalu berdo'a.
Tuhan, Izinkan aku Hijrah..
Tamat.
Penulis berharap dengan tulisan sederhana ini, semoga mendapatkan manfaat untuk pembaca.
Muhammad Najib
Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum UINSU
Aktivis HMI