Minggu, 16 Maret 2025 | 13:57:10

IPW: Di HARI BHAYANGKARA 2017 INI TERORIS MEMBERIKAN KADO HITAM BUAT POLRI

JAKARTA | OBOR KEADILAN- Hari Bhayangkara 2017 ini diwarnai duka yg dalam. Teroris berhasil memberikan kado hitam buat Polri dan menjadikan anggota Polri sbg bulan bulanan serta target serangan teror. Setelah bom Kampung Melayu yg menewaskan 3 polisi, teroris kembali menyerang polisi di markas Polda Sumut dan di mesjid di depan Mabes Polri beberapa jam menjelang Hari Bhayangkara 2017. Sepertinya para teroris hendak membuat perang terbuka dgn Polri.

Tragisnya dgn senjata seadanya para teroris nekat menyerang anggota polisi yg bersenjata lengkap di sekitar markasnya. Bagaimana pun teroris menjadi musuh utama Polri di Hari Bhayangkara 2017. Polri harus mampu membangun dan menegakkan citranya, citra yg profesional hingga jajaran kepolisian disegani semua pihak, terutama kalangan teroris. Kenapa kalangan kepolisian dgn mudah dijadikan seperti predator dan bulan bulanan oleh teroris hingga teroris nekat menyerang ke markas kepolisian walau hanya dgn sebilah pisau dapur? Hal itu dikarenakan Polri tidak berwibawa sehingga tidak disegani lagi, terutama oleh kalangan teroris. Bisa jadi hal ini disebabkan, sejak beberapa tahun lalu polisi terlalu agresif melakukan eksekusi mati terhadap para teroris di lapangan. Hal ini ternyata tdk membuat teroris takut, malah makin super nekat dan menerapkan prinsif "nyawa dibayar nyawa".

Dari berbagai kasus serangan ini IPW berharap Polri melakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga pada Hari Bhayangkara 2017 ini bisa melakukan konsolidasi agar ke depan jajaran Polri benar benar bekerja profesional, proporsional dan independen sehingga Polri disegani semua pihak, terutama kalangan teroris. Catatan penting bagi Polri di Hari Bhayangkara 2017 ini adalah jajaran kepolisian harus mengevaluasi, kenapa teroris makin super nekat melakukan perang terbuka terhadap Polri meski hanya dgn sebilah pisau dapur.

Kasus penyerangan ini semakin menunjukkan bahwa sistem penumpasan terorisme selama ini sesungguhnya tidak berhasil. Begitu juga konsep radikalisasi yg digalang pemerintah selama ini, gagal total. Terbukti terorisme bukannya lenyap dari indonesia tapi para teroris malah makin super nekat. Di Hari Bhayangkara 2017 ini penanganan kasus2 serangan terhadap polisi perlu menjadi fokus utama bagi Polri untuk menyelesaikannya, agar tidak terulang terus menerus. Jika serangan ini terus terulang jajaran kepolisian tdk bisa fokus untuk menangani tugas tugas lain dalam melindungi, mengayomi, melayani dan melakukan penegakan hukum di masyarakat. Aparat kepolisian di lapangan akan trauma dgn berbagai kekhawatiran tersendiri terhadap kemungkinan diserang teroris.

Meskipun jajaran Polri mengatakan "kami tidak takut" tapi masyarakat yg cemas terhadap sistem keamanan yg dibangun Polri. Masyarakat makin tidak percaya pada Polri. Masyarakat akan menuding bagaimana Polri bisa melindungi masyarakat wong melindungi dirinya sendiri saja di markasnya tidak mampu. Untuk itu krisis kepercayaan masyarakat ini jgn sampai berkembang luas. Polri hrs segera melakukan konsolidasi dan evaluasi agar Polri makin disegani semua pihak dan tdk dilecehkan, apalagi menjadi bulan2an teroris yg bersenjatakan pisau dapur.

Dalam konsolidasi dan evaluasi itu, Polri harus menekankan semua jajarannya agar senantiasa bekerja profesional, proporsional dan independen, terutama jajaran yang bersentuhan dgn terorisme,  seperti bimas, intelijen, densus 88 dll. Selain mengevaluasi semua hasil kerja selama ini, polri juga hrs mencari tahu siapa sesungguhnya otak serangan itu. Apakah meluasnya aksi serangan super nekat para teroris ini berkaitan dgn sedang dibahasnya RUU Terorisme di DPR. Penyelesaian kss2 serangan ini harus dilakukan agar Polri bisa fokus menyelesaikan tugas tugasnya dlm melindungi dan menjaga keamanan masyarakat. Jika dibiarkan, berbagai kasus serangan ini akan mereduksi semua prestasi Polri selama ini.

Salam
Neta S Pane
Ketua Presidium Ind Police Watch
( OK )

Berita Terkait

Komentar